TEORI KONSUMSI DAN INVESTASI | Teori Ekonomi Makro

MAKALAH
KONSUMSI DAN INVESTASI


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Ekonomi Makro
     Dosen pengampu: Bu Aminatuzzahra, M.M.
   

iain salatiga konsumsi dan investasi


Disusun Oleh:
1.      Nur Hayati                                    (213-14-018)
2.      Hartuti Candra P.L           (213-14-045)
3.      Ulinnuha                           (213-14-110)
4.      Nurul Kristiarini                (213-14-127)

PERBANKAN SYARIAH S1FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAMINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA2016





Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar tanpa kendala yang berarti. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang senantiasa membawa kita dari zaman jahiliah ke zaman yang diterangi ilmu dan iman.
Makalah ini disusun guna melengkapi nilai dan tugas mata kuliah Teori Ekonomi Makro. Dalam penyusunan makalah ini dengan usaha dan kerja keras serta dukungan dari berbagai pihak, penulis telah berusaha agar dapat memberikan serta mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan harapan, walaupun dalam pembuatan makalah ini penulis menghadapi berbagai kesulitan karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang penulis miliki.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk menambah wawasan penulis sekaligus pembaca terutama para mahasiswa mengenai peraturan pemerintah terkait perbankan syariah.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat berharap kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.



                                                                                                            Salatiga, 9 Mei 2016


                                                                                                             Penulis


DAFTAR ISI


DAFTAR ISI ……………………………….………………………………………………… ii
            A. LATAR BELAKANG MASALAH …………………………………………...….. 3
            B. RUMUSAN MASALAH ………………………………………………………….. 4
            C. TUJUAN PENULISAN …………………………………………………………… 4
            D. MANFAAT PENULISAN ....................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………………... 5
            A. DEFINISI KONSUMSI .....................………………………………………….......6
            B. DEINISI  INVESTASI ...............................................………………………….....16
BAB III PENUTUP ..........................................................................................................................23
KESIMPULAN ………………………………………………………………………………23
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………...……... 24


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Pengeluaran konsumsi masyarakat adalah salah satu variabel makro ekonomi yang dilambangkan “C”. Konsep konsumsi yang merupakan konsep yang di Indonesiakan dalam bahasa Inggris “Consumption”, merupakan pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga ke atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang-orang yang melakukan pembelanjaan tersebut atau juga pendapatan yang dibelanjakan. Bagian pendapatan yang tidak dibelanjakan disebut tabungan, dilambangkan dengan huruf “S” inisial dari kata saving. Apabila pengeluaran-pengeluaran konsumsi semua orang dalam suatu negara dijumlahkan, maka hasilnya adalah pengeluaran konsumsi masyarakat negara yang bersangkutan.
Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang di produksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi. Kegiatan produksi ada karena ada yang mengkonsumsi, kegiatan konsumsi ada karena ada yang memproduksi, dan kegiatan produksi muncul karena ada gap atau jarak antara konsumsi dan produksi. Prinsip dasar konsumsi adalah “saya akan mengkonsumsi apa saja dan jumlah beberapapun sepanjang: anggaran saya memadai dan saya memperoleh kepuasan maksimum“.
Pertumbuhan ekonomi saat ini bertumpu pada konsumsi karena peranan sektor investasi dan ekspor mendorong pertumbuhan ekonomi. Bertitik tolak pada latar belakang masalah yang dipaparkan sebelumnya, maka penyusun akan meneliti dan menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi masyarakat di Indonesia. Demikian latar belakang yang bisa kami sajikan selanjutnya kami akan membahas secara rinci dalam pembahasan.
Keputusan investasi merupakan keputusan rasional karena keputusan berdasarkan pertimbangan rasional. Dalam praktik, digunakan beberapa kriteria- kriteria tertentu untuk memutuskan diterimanya atau ditolaknya rencana investasi.
Hubungan bilateral antara investasi dan pertumbuhan ekonomi: investasi yang memberikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan, di sisi lain, “sehat” pertumbuhan ekonomi dapat memberikan sumber daya yang diperlukan untuk membiayai investasi program baru. hubungan antara investasi saat ini dan pertumbuhan ekonomi di masa depan adalah model ekonomi. Mereka dapat digunakan untuk menentukan pembangunan ekonomi untuk volume investasi tertentu dan sebaliknya.

B.   Rumusan Masalah
1.Apa yang di maksud dengan konsumsi? Bagaimana teorinya?
2. Apa yang dimaksud dengan investasi?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi konsumsi dan investasi?
C.   Tujuan Penulisan
Tujuan dibuantnya makalah ini ialah untuk:
1.    Mengetahui apa yang dimaksud dengan teori konsumsi dan investasi
2.    Mengetahui  apa yang mempengaruhi konsumsi dan investasi tersebut.
D.   Manfaat Penulisan
Pemahaman terhadap konsep konsumsi dan investasi dalam bab ini diharapkan mampu memberikan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis dan menjelaskan faktor penentu konsumsi dan investasi seseorang serta perubahan pola konsumsi dan investasi masyarakat yang muncul dalam suatu perekonomian negara.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi  Konsumsi

Konsumsi, dari bahasa Belanda consumptie, ialah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa barang maupun jasa, untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung.  Konsumsi juga dapat di artikan suatu proses tindakan atau kegiatan pemakaian suatu barang atau jasa guna untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan dasar, untuk mencapai suatu kepuasan. Konsumsi adalah kegiatan dalam memanfaatkan atau menggunakan barang dan jasa. Dalam bukunya Hikmah konsumsi adalah kegiatan menghabiskan nilai guna suatu barang.[1]
Pengeluaran konsumsi terdiri dari konsumsi pemerintah (government consumption) dan konsumsi rumah tangga (household consumption/private consumption).
Pada dasarnya faktor utama yang mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat adalah pendapatan, di mana korelasi keduanya bersifat positif, yaitu semakin tinggi pendapatan (Y) maka konsumsinya (C) juga semakin tinggi:
C = f(Y)

B.     Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga, antara lain :
1.        Faktor Ekonomi
Maksudnya ialah ekonomi atau pendapatan dari seseorang itu sangat berpengaruh dalam memakai atau pun menghabiskan suatu barang atau jasa guna memenuhi kepuasanya. Setidaknya terdapat enam faktor yang menentukan tingkat konsumsi, yaitu :
a.        Pendapatan Rumah Tangga ( Household Income )
Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi. Biasanya makin baik tingkat pendapatan, tingkat konsumsi makin tinggi. Karena ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi semakin besar atau mungkin juga pola hidup menjadi semakin konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang baik.
Contoh sederhananya seorang pengantin baru yang baru membina mahligai rumah tangga dan baru meniti karier di jenjang level rendah biasanya menggunakan pendapatannya untuk hal-hal yang normatif, menabung membeli barang-barang konsumsi tahan lama dengan menekan konsumsi harian.[2]
b.       Kekayaan Rumah Tangga ( Household Wealth )
Tercakup dalam pengertian kekayaaan rumah tangga adalah kekayaan rill (rumah, tanah, dan mobil) dan finansial (deposito berjangka, saham, dan surat-surat berharga). Rumah atau mobil yang di sewakan, deposito, saham, surat-surat berharga yang dimiliki akan menghasilkan penghasilan berupa deviden tentunya dapat meningkatkan pendapatan non upah (non wages income). Sebagian tambahan penghasilan tersebut digunakan sebagai konsumsi yang tentunya akan meningkatkan pengeluaran konsumsi.
c.          Jumlah Barang-barang Konsumsi Tahan Lama Dalam Masyarakat
Pengeluaran juga dipengaruhi oleh jumlah barang-barang tahan lama (consumers durables) yang dikonsumsi masyarakat. Sebagai contoh misalnya semakin banyaknya masyarakat memiliki kendaraan bermotor menyebabkan semakin berkurangnya moda transportasi masal di suatu daerah, tetapi di sisi lain akan banyak terjadi pengeluaran BBM yang menghabiskan subsidi, bengkel perawatan dan perbaikan kendaraan bermotor dan lain sebagainya.
Barang-barang tahan lama pada umumnya berharga mahal dan untuk membelinya dibutuhkan waktu untuk menabung sehingga mengurangi konsumsi, sebaliknya untuk pembelian dengan sistem kredit fase penghematan adalah sesudah pelunasan
d.       Tingkat Bunga (Interest Rate)
Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi keinginan konsumsi. Dengan tingkat bunga yang tinggi, maka biaya ekonomi (opportunity cost) dari kegiatan konsumsi akan semakin mahal. Bagi mereka yang ingin mengonsumsi dengan berutang dahulu, misalnya dengan meminjam dari bank atau menggunakan kartu kredit, biaya bunga semakin mahal, sehingga lebih baik menunda/mengurangi konsumsi.
e.       Kebijakan Pemerintah Mengurangi Ketimpangan Distribusi Pendapatan
Keinginan pemerintah untuk mengurangi ketimpangan dalam distribusi pendapatan ternyata akan menyebabkan bertambahnya konsumsi masyarakat secara keseluruhan. Sebagai contoh misalnya apabila pemerintah menarik pajak dari golongan masyarakat berpendapatan tinggi sebesar Rp 100 juta maka akan menyebabkan berkurangnya konsumsi mereka sebesar Rp 65 juta (dengan MPC sebesar 0,65). Di sisi lain, tambahan pendapatan sebesar Rp 100 juta terhadap masyarakat berpenghasilan rendah akan meningkatkan pertambahan konsumsi mereka sebanyak Rp 80 juta (dengan MPC 0,80). Ini artinya dengan tingkat pendapatan nasional yang sama, besarnya konsumsi masyarakat menjadi lebih besar dibandingkan dengan sebelumnya karena pemerintah melakukan redistribusi pendapatan nasional.[3]
f.         Perkiraan Tentang Masa Depan (Household Expectation About The Future)
Faktor-faktor internal yang dipergunakan untuk memperkirakan prospek masa depan rumah tangga antara lain pekerjaan, karier dan gaji yang menjanjikan, banyak anggota keluarga yang telah bekerja. Sedangkan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi antara lain kondisi perekonomian domestik dan internasional, jenis-jenis dan arah kebijakan ekonomi yang dijalankan pemerintah. Misalnya, harga sembako menjelang hari raya akan meningkat, maka konsumsi memilih membeli sembako jauh hari sebelum hari raya tiba. Dengan demikian konsumsi di masa sekarang akan datang
2. Faktor-faktor Demografi (Kependudukan)
a.       Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh, walaupun pengeluaran rata-rata per orang atau per keluarga relatif rendah. Pengeluaran konsumsi suatu negara akan sangat besar, bila jumlah penduduk sangat banyak dan pendapatan per kapita sangat tinggi.
b.      Komposisi Penduduk
Pengaruh komposisi penduduk terhadap tingkat konsumsi, antara lain:
1. Produktifitas, artinya semakin banyak penduduk yang berusia kerja atau produktif (15 – 64 tahun), akan semakin besar pula tingkat konsumsinya karena penghasilannya juga akan semakin besar.
2. Tingkat pendidikan, artinya semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, tingkat konsumsinya juga makin tinggi, sebab pada saat seseorang atau suatu keluarga makin berpendidikan tinggi maka kebutuhan hidupnya makin banyak.
3.Demografis, artinya semakin banyak penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan (urban) pengeluaran konsumsi juga semakin tinggi karena pada umumnya pola hidup masyarakat perkotaan lebih konsumtif di bandingkan dengan masyarakat pedesaan.

3. Faktor-faktor Non Ekonomi
Faktor-faktor non-ekonomi yang paling berpengaruh  terhadap besarnya konsumsi adalah faktor sosial budaya masyarakat. Misalnya saja, berubahnya pola kebiasaan makan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih hebat/ideal.[4]
Contoh konkrit dari faktor non ekonomi adalah berkembangnya pasar swalayan moderen menghilangkan budaya tawar menawar seperti yang terjadi di pasar tradisional. Demikian juga halnya dengan menjamurnya rumah makan atau restoran di berbagai tempat menyebabkan sekarang banyak keluarga atau rumah tangga yang jarang melakukan ritual masak sendiri di rumah, terutama di kota-kota besar.
Misalnya lagi , banyaknya iklan tentang produk makanan akan meningkatkan konsumsi produk makanan. Selain itu adanya kemudahan bertransaksi melalui internet, akan mendorong rumah tangga untuk meningkatkan kegiatan konsumsi.

C.    Teori Konsumsi

1.      Teori Keynes (Keynesian Consumption Model)

Keynesianisme, atau ekonomi ala Keynes atau Teori Keynes, adalah suatu teori ekonomi yang didasarkan pada ide ekonom Inggris abad ke-20, John Maynard Keynes. Teori ini mempromosikan suatu ekonomi campuran, di mana baik negara maupun sektor swasta memegang peranan penting. Kebangkitan ekonomi Keynesianisme menandai berakhirnya ekonomilaissez-faire, suatu teori ekonomi yang berdasarkan pada keyakinan bahwa pasar dan sektor swasta dapat berjalan sendiri tanpa campur tangan negara.
Teori ini menyatakan bahwa trend ekonomi makro dapat memengaruhi perilaku individu ekonomi mikro. Berbeda dengan teori ekonom klasik yang menyatakan bahwa proses ekonomi didasari oleh pengembangan output potensial, Keynes menekankan pentingnya permintaan agregat sebagai faktor utama penggerak perekonomian, terutama dalam perekonomian yang sedang lesu.
Ia berpendapat bahwa kebijakan pemerintah dapat digunakan untuk meningkatkan permintaan pada level makro, untuk mengurangi pengangguran dan deflasi. Jika pemerintah meningkatkan pengeluarannya, uang yang beredar di masyarakat akan bertambah sehingga masyarakat akan terdorong untuk berbelanja dan meningkatkan permintaannya (sehingga permintaan agregat bertambah). Selain itu, tabungan juga akan meningkat sehingga dapat digunakan sebagai modal investasi, dan kondisi perekonomian akan kembali ke tingkat normal.
Kesimpulan utama dari teori ini adalah bahwa tidak ada kecenderungan otomatis untuk menggerakan output dan lapangan pekerjaan ke kondisi full employment (lapangan kerja penuh). Kesimpulan ini bertentangan dengan prinsip ekonomi klasik seperti ekonomi supply-side yang menganjurkan untuk tidak menambah peredaran uang di masyarakat untuk menjaga titik keseimbangan di titik yang ideal.[5]
a.      Hubungan Pendapatan Diposable dan Konsumsi
Keynes menjelaskan bahwa konsumsi saat ini (current consumption) sangat dipengaruhi oleh pendapatan diposabel saat ini (current diposable income).  Pendapatan disposabel adalah  merupakan pendapatan yang siap digunakan, baik untuk keperluan konsumsi maupun ditabung. Jika pendapatan disposabel meningkat, maka konsumsi juga akan meningkat. Hanya saja peningkatan konsumsi tersebut tidak sebesar peningkatan pendapatan diposabel.
Menurut Keynes, ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung tingkat pendapatan. Artinya, tingkat konsumsi tersebut harus dipenuhi,walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol. Itulah yang disebut dengan konsumsi otonomus.[6]
C = Co + bYd
Ket :  C   =  konsumsi
Co =  konsumsi otonomus
b    =  marginal propensity to consume (MPC)
Yd =  pendapatan diposabel
 0 < b < 1
Sebagai tambahan penjelasan dari teori Keynes mengenai fungsi konsumsi di atas dapat dikatakan bahwa :
1) Merupakan variabel riil/nyata, yaitu bahwa fungsi konsumsi Keynes menunjukkan hubungan antara pendapatan dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan, bukan hubungan antara pendapatan nominal dengan pengeluaran konsumsi nominal.
2)  Merupakan pendapatan yang terjadi (current income), bukan pendapatan yang diperoleh sebelumnya, dan bukan pula pendapatan yang diperkirakan terjadi di masa yang akan datang (yang diharapkan).
3) Merupakan pendapatan absolut, bukan pendapatan relatif atau pendapatan permanen.
b.  Kecenderungan Mengonsumsi Marjinal (Marginal Propensity to Consume)
Kecenderungan Mengonsumsi Marjinal disingkat (MPC) adalah konsep yang memberikan gambaran tentang berapa konsumsi akan bertambah bila pendapatan disposabel bertambah satu unit.
Rumus: MPC =
c.         Kecenderungan Mengonsumsi Rata-Rata (Average Propensity to Consum)
Kecenderungan mengonsumsi rata-rata (Average Propensity to Consum, disingkat APC) adalah rasio antara konsumsi total dengan pendapatan disposabel total.
Rumus: APC =

d.   Hubungan Konsumsi dan Tabungan
Pendapatan disposabel yang diterima rumah tangga sebagian besar digunakan untuk konsums, sedangkan sisanya ditabung. Kita juga dapat mengatakan setiap tambahan penghasilan disposabel akan dialokasikan untuk menambah konsumsi dan tabungan. Besarnya tambahan pendapatan disposabel  yang menjadi tambahan tabungan disebut kecenderungan menabung marginal (Marginal Propensity to Save/MPS). Sedangkan rasio antara tingkat tabungan dengan pendapatan disposabel disebut kecenderungan menabung rata-rata (Avarage Propensity to Save/APS)
Yd        : C + S
         :  +
1: APC + APC
2.      Teori Konsumsi dengan Model Hipotesis Siklus Hidup (Life Cycle Hypothesis)
Model konsumsi siklus hidup lebih menekankan pada variable sosial ekonomi, di mana yang lebih menjadi perhatian adalah variable usia (umur). Model ini dikembangkan oleh Franco Modigliani, Albert Ando, Richard Brumberg. Di dalam teorinya dijelaskan bahwa pengeluaran konsumsi seseorang sangat tergantung dari perjalanan umur seseorang.
Model siklus hidup ini membagi perjalanan manusia ke dalam 3 periode sebagai beikut.
1. Periode belum produktif (0 tahun sampai dengan usia kerja). Dalam tahap ini dikatakan oleh ABM bahwa seseorang melakukan konsumsi dalam kondisi “Dissaving”, kenapa demikian karena seseorang melakukan konsumsi sangat tergantung pada orang lain.
2. Periode produktif (dari usia kerja sampai dengan usia di mana orang tersebut sudah menjelang usia tua). Tahap ini dikatakan bahwa seseorang berkonsumsi dalam kondisi “Saving”, kenapa dikatakan demikian, karena seseorang pada tahap ini pengeluaran konsumsinya sudah tidak tergantung pada orang lain.
3. Periode tidak produktif lagi. Tahap ini seseorang kembali berada dalam kondisi “Dissaving”, dengan kata lain bahwa seseorang melakukan konsumsi kembali tergantung pada orang lain. Karena dalam tahap ini seseorang tidak lagi mampu untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri.

3. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Relatif (Relative Income Hypothesis)

James Dusenberry mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya.
Dalam teorinya, Dusenberry menggunakan dua asumsi yaitu:
1. Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi adalah interdependen. Artinya pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan oleh orang sekitarnya. Sebagai misal, seseorang yang memiliki kemampuan pengeluaran konsumsi yang sederhana tinggal di tempat masyarakat yang pengeluaran konsumsinya serba kecukupan, secara otomatis ada rangsangan dari orang tersebut untuk mengikuti pola konsumsi di masyarakat sekitarnya.
2. Pengeluaran konsumsi adalah irreversibel. Artinya pola pengeluaran seseorang pada saat penghasilan naik berbeda dengan pola pengeluaran pada saat penghasilan mengalami penurunan. Sebagai misal, apabila pendapatan seseorang mengalami kenaikan maka secara otomatis konsumsi juga mengalami kanaikan dengan proporsi tertentu, dst bila pendapatan mengalami penurunan, maka juga akan diikuti oleh penurunan konsumsinya.

4. Teori Konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Permanen (Permanent Income Hypothesis)

Teori dengan hipotesis pendapatan permanen dikemukakan oleh M Friedman. Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi 2 yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income). Pendapatan permanen dapat diartikan :
1. Pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji, upah.
2. Pendapatan yang diperoleh dari semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang (yang menciptakan kekayaan). Kekayaan yang dimiliki seseorang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Kekayaan non manusia (non human wealth) adalah bentuk kekayaan fisik yaitu barang-barang konsumsi tahan lama (gedung, rumah, obligasi,dsb).
b. Kekayaan manusia (human wealth) adalah dalam bentuk kemampuan yang melekat pada diri manusia itu sendiri (keahlian, pendidikan, dsb).
Ada dua asumsi mengenai hubungan antara pendapatan permanen dengan pendapatan sementara:
1) Tidak ada korelasi antara pendapatan permanen dengan pendapatan transitory, karena pendapatan sementara merupakan faktor kebetulan saja.
2) Pendapatan sementara tidak mempengaruhi pengeluaran konsumsi.

B. Teori Investasi

Investasi pada prinsipnya merupakan segala sesuatu yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan atau menambah nilai potensi sumber daya yang lebih tinggi. Investasi identik dengan tabungan, sehingga investasi dalam literatur ekonomi hampir sama  dengan tabungan. Karena kegiatan invetasi pada dasarnya adalah kegiatan menabung pula atu investasi merupakan akumilasi dari kegiatan menabung, perbedaanya kalu investasi cenderung jangka panjang dan saving jangka pendek .[7]Dengan demikian investasi tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga nonfisik (peningkatan sumber daya).
Investasi merupakan konsep aliran karena besarnya dihitung selama satu interval periode tertentu. Tetapi investasi akan mempengaruhi jumlah barang modal yang tersedia pada satu periode tertentu. Tambahan stok barang modal adalah sebesar pengeluaran investasi satu periode sebelumnya.[8]
1.      Investasi dalam bentuk barang modal dan bangunan
Merupakan pengeluaran – pengeluaran untuk membeli pabrik – pabrik, mesin – mesin, peralatan – peralatan produksi dan bangunan gedung yang baru.Karena umurnya biasanya diatas setahun biasanya disebut investasi dalam bentuk harga tetap (fixed investment)
2.      Investasi Persediaan
Selain barang jadi, investasi dalam bentuk persediaan bisa juga dilakukan dalam bentuk persediaan bahan baku dan barang setengah jadi / sedang dalam proses penyelesaian. Tujuan kebijaksanaan persediaan ini juga tetap dalam konteks meningkatkan pendapatan atau keuntungan di masa depan.

Nilai Waktu dari Uang

Jika kita melakukan investasi, maka konsep nilai waktu uang harus benar-benar dipahami dan dimengerti sedalam mungkin. Jangan sampai kita tertipu oleh angka-angka yang fantastis, namun di balik angka yang besar itu kenyataannya justru kerugian yang kita dapatkan. Contoh kasusnya adalah jika kita berinvestasi 10 juta rupiah untuk jangka waktu 20 tahun dengan total pengembalian atau return sebesar 50 juta rupiah. Jika kita lihat dari nilai sekarang 50 juta adalah angka yang fantastis dibandingkan dengan 10 juta. Namun setelah 20 tahun berikutnya belum tentu nilai 50 juta lebih baik dibandingkan dengan nilai 10 juta saat ini.
1. Rumus Nilai Masa Depan
FV = Po (1 + r) ^n
Keteragan :
FV = Future Value / Nilai Mendatang
Po = Arus Kas Awal
r = Rate / Tingkat Bunga
^n = Tahun Ke-n (dibaca dan dihitung pangkat n)
Contoh : Jika kita menabung 1 juta rupiah dengan bunga 10% maka setelah satu tahun kita akan mendapat :
FV = 1.000.000 (1 + 0,1) ^1
FV = 1.100.000 rupiah

2. Rumus Nilai Sekarang
PV = Fn / (1 + r) ^n
Keterangan :
PV = Present Value / Nilai Sekarang
Fn = Arus kas pada tahun ke-n
r = Rate / Tingkat bunga
^n = Tahun Ke-n (dibaca dan dihitung pangkat n)
Contoh : Jika di masa yang akan datang kita akan punya saldo sebesar 1,1 juta hasil berinvestasi selama satu tahun, maka uang kita saat ini adalah sebesar :
PV = 1.100.000 / (1 + 0,1) ^1
PV = 1.000.000 rupiah
Tambahan :
1 / (1 + r) ^n disebut juga sebagai discount factor

Kriteria Investasi
Kriteria untuk menentukan kelayakan suatu investasi adalah :
1.         Payback Period (PP)
Teknik penilaian terhadap jangka waktu (period) pengembalian investasi proyek atau usaha.
Ada 2 Model perhitungan PP :
a. Apabila kas bersih setiap tahun sama
PP =         Investasi           X 12 bulan
         Kas bersih / tahun
b. Apabila kas bersih setiap tahun berbeda
PP =      Sisa Investasi                X 12 bulan
         Kas bersih sesudahnya

Untuk menilai usaha layak diterima atau tidak dari segi PP, maka hasil perhitungan tersebut harus sebagai berikut :
a.                   PP sekarang lebih kecil dari umur investasi
b.                   Dengan membandingkan rata – rata industri unit usaha sejenis
c.                   Sesuai dengan target perusahaan

Kelemahan metode ini :
a.                   Mengabaikan time value of money
b.                   Tidak mempertimbangkan arus kas yang terjadi setelah masa pengembalian
2.         Average Rate of Return (ARR)
Mengukur rata – rata pengembalian bunga dengan cara membandingkan antara rata – rata laba setelah pajak (EAT) dengan rata – rata investasi.
Rumus menghitung ARR sbb:
Ø  ARR % = Rata – rata EAT
                                    Rata – rata investasi
Ø  Rata – rata EAT = Total EAT
                                    Umur ekonomis (n)
Ø  Rata – rata investasi = Investasi
                                                            2
3.         Net Present Value (NPV)
Nilai bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV Kas Bersih (PV of proceed) denhgan PV investasi (capital outlays) selama investasi. Selisih antara kedua PV tersebutlah yang kita kenal Net Present Value (NPV)
Rumus :
NPV = Kas bersih 1 + Kas bersih 2 +...+ Kas bersih N - Investasi
                (1+r)               (1+r)²                     (1+r)
Setelah memperoleh hasil yang dengan :
NPV positif, maka investasi diterima
NPV negatif,sebaiknya investasi ditolak
4.         Internal Rate of Return (IRR)
Alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil intern.
Rumus = P1 – C1 X P2 – P1
                                  C2 – C1
Dimana: P1 tingkat bunga 1
               P2 tingkat bunga 2
               C1 = NPV1
               C2 = NPV2
Apabila IRR lebih besar dari bunga pinjaman maka diterima
Apabila IRR lebih kecil dari bunga pinjaman maka ditolak
5.         Profitability Index (PI)
Profitability index atau benefit and cost ratio merupakan rasio aktifitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan bersih dengan nilai sekarang penerimaan bersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi.
Rumus :
PI = ∑ PV kas bersih     X 100 %
        ∑ PV investasi



Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Investasi

Sebagai sebuah keputusan yang rasional, investasi sangat ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu tingkat pengembalian yang diharapkan dan biaya investasi.
a. Tingkat Pengembalian yang diharapkan (Expected Rate of Return)
Faktor ini sangat dipengaruhi oleh kondisi internal maupun eksternal perusahaan. Kondisi internal adalah tingkat efesiensi pada proses produksi dan distribusi, kualitas sumber daya manusia, maupun tingkat teknologi yang digunakan. Adapun kondisi eksternal adalah perkiraan tingkat peroduksi, pertumbuhan ekonomi domestik maupun internasional dan kebijakan pemerintah.
b. Tingkat Bunga
Faktor utama yang menentukan biaya investasi adalah tingkat bunga pinjaman. Semakin tinggi tingkat bunga pinjaman maka biaya investasi semakin mahal.
c. Ketersediaan Faktor-Faktor Produksi
Berbicara tentang produksi tidak lepas dari faktor-faktor produksi yang digunakan. Ketersediaan faktor produksi yang banyak dan mudah di dapat akan menarik minat berinvestasi. Misalnya, Indonesia memiliki penduduk yang besar (merupakan asset, tenaga kerja dan pasar bagi produk yang dihasilkan) dan kekayaan alam yang banyak. Kondisi ini akan menarik minat investor baik dari dalam maupun luar negeri
d. Peluang Pasar
Suatu keputusan investasi tidak akan menguntungkan apabila tidak memiliki pasar. Semakin besar pasar bagi hasil produksi maka investasi akan semakin menguntungkan.
e. Iklim Usaha yang Kondusif
Kebijakan pemerintah pusat maupun daerah yang mendukung iklim investasi akan menarik minat investor. Misalnya pemerintah memberikan kemudahan dalam perizinan usaha, perbaikan infrastruktur,dan sebagainya.
f. Terjaminnya Keamanan dan Stabilitas Politik
Suatu daerah atau negara yang sering terjadi konflik atau kerusakan, akan mengurangi minat investor. Pelaku investasi tidak mau beresiko terhadap keamanan asset usahanya apabila pemerintah maupun masyarakat tidak menjaga keamanan.


HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI, TABUNGAN, DAN INVESTASI

Terdapat hubungan antara konsumsi, tabungan, dan investasi. Apabila tingkat konsumsi tinggi maka tingkat tabungan akan rendah. Rendahnya tabungan yang berfungsi sebagai sumber utama lembaga keuangan (bank/nonbank) dalam melakukan pinjaman akan berdampak pada berkurangnya jumlah pinjaman yang disalurkan kepada nasabah. Hal ini akan menyulitkan para pelaku investasi dalam memperoleh pinjaman untuk melakukan investasi. Hubungan antara konsumsi, tabungan, dan investasi dapat dilihat dari persamaan berikut ini.
Y= C +S
Y= C +I
C+S = C +I
S = I


BAB III
KESIMPULAN


Teori Konsumsi adalah teori  yang mempelajari bagaimana manusia / konsumen itu memuaskan kebutuhannya dengan pembelian / penggunaan barang dan jasa. Sedangkan pelaku konsumen adalah bagaimana ia memutuskan berapa jumlah barang dan jasa yang akan dibeli dalam berbagai situasi.
Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatan disposebel) perekonomian tersebut. Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan, Perkembangan ekonomi yang terjadi mengakibatkan bertambahnya variabel yang dapat mempengaruhi pengeluaran konsumsi selain pendapatan nasional, inflasi, suku bunga, dan jumlah uang beredar.
Permintaan akan investasi berbanding terbalik dengan tingkat bunga. Dengan logika ekonomi hal ini sangat mudah dipahami. Apabila tingkat bunga tinggi, orang akan lebih senang menyimpan uangnya di bank daripada menginvestasikannya, sebab hasil harapan (expected return) yang akan diperoleh dari bunga bank lebih besar daripada hasil harapan yang akan diterima dari penanaman modal, akibatnya permintaan akan investasi berkurang. Tingginya bunga mencerminkan pula mahalnya kredit, sehingga mengurangi gairah investasi dikalangan pengusaha. Hal sebaliknya terjadi jika tingkat bunga rendah.






DAFTAR PUSTAKA

Endraswati,Hikmah. Pengantar Ekonomi Makro. STAIN Press. Salatiga . 2012
Faisal Noor ,Hendry. Ekonomi Publik, Ekonomi Untuk Kesejahteraan Rakyat. Akademia Permata padang .2013.
Manurung ,Mandala .Raharja.  Pengantar Ilmu Ekonomi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia . Jakarta .2008.
Sukirno, Sadono, Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga, PT Raja Grafindo Persada, 2011





[1] Hikmah Endraswati.Pengantar Teori Makro.cet 1.(Salatiga:STAIN Salatiga press).hal.9.
[2] Sukirno, Sadono, Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada).hal.178.

[3] Ibid.,hal.179.
[4] Ibid.,hal.180.
[5].Raharja dan Mandala Manurung ,.Pengantar Ilmu Ekonomi.(Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia) . hal.216.

[6] Ibid.,hal.217.
[7] Ibid.hal,15
[8]Hendry dan  Faisal Noor. Ekonomi Publik, Ekonomi Untuk Kesejahteraan Rakyat. (Padang:Akademia Permata padang) .hal.201.

2 Responses to "TEORI KONSUMSI DAN INVESTASI | Teori Ekonomi Makro"

  1. CLAIM FREEBET: https://okeslot.online
    BONUS 100% : https://wwbola.com
    MAIN SLOT DEPOSIT PULSA: https://okeslot.xyz
    MAIN SLOT DEPOSIT PULSA: https://okeslot.com


    OkeSlot - Main Slot Deposit Pulsa Terpercaya di Indonesia

    https://okeslot.xyz/promo
    https://okeslot.com/promo

    1 ID Promo Main Slot, Fishing Game, Casino, Sportsbook, Togel, Poker terpercaya layanan 24 jam. Agen tersebar di seluruh Indonesia.


    OKESLOT merupakan Situs Judi Online dengan permainan terlengkap. Link Judi Slot
    OKESLOT merupakan Situs Judi Online dengan permainan terlengkap. Link Judi Slot

    Pasang Iklan Gratis


    Prediksi Bola


    Agen Judi Depo Pulsa Judi SlotJudi Bola Minimal 5000


    Judi SlotJudi Bola Deposit 5000

    Link Alternatif okeslot

    Link Alternatif okeslot https://forum.bandariklan.com/showthread.php?tid=25

    https://linktr.ee/okeslot

    OkeSlot - Main Slot Deposit Pulsa Terpercaya di Indonesia

    https://linktr.ee/okeslot
    https://okeslot.xyz/promo
    https://okeslot.com/promo

    1 ID Promo Main Slot, Fishing Game, Casino, Sportsbook, Togel, Poker terpercaya layanan 24 jam. Agen tersebar di seluruh Indonesia.


    OKESLOT merupakan Situs Judi Online dengan permainan terlengkap.

    ReplyDelete
  2. Thanks infonya. Oiya ngomongin investasi, ternyata ada loh beberapa mitos yang sering muncul dan itu bikin kita jadi enggan buat berinvestasi. Mau tau apa aja mitos itu? Yuk cek selengkapnya di artikel yang saya temuin ini:
    Mitos yang bikin enggan investasi

    ReplyDelete

berkomentarlah dengan baik dan bersifat membangun, agar kami bisa memperbaiki dan berguna bagikita semua, terimakasih,,,salam anak ekonomi