CARA BERFIKIR DALAM ILMU FILSAFAT

CARA BERFIKIR DALAM ILMU FILSAFAT



A.    Pengertian Berfikir

          Berfikir adalah proses tingkah laku menggunakan pikiran untuk mencari makna pemahaman terhadap sesuatu, membuat pertimbangan dan keputusan atau penyelesaian masalah. Berfikir merupakan aktifitas kognitif atau pengetahuan manusia yang cukup kompleks. Seseorang berfikir biasanya karena ada suatu masalah yang sedang menimpanya, misalnya: ketika seseorang sedang kehilangan uang, maka dia akan berfikir, membuka memorinya untuk menemukan uang yang hilang tersebut. Berikut ini adalah pendapat para ahli tentang berfikir.
          Solso (1988) mengatakan bahwa berfikir merupakan proses yang menghasilkan representasi mental yang baru melalui transformasi informasi yang melibatkan interaksi yang kompleks antara berbagai proses mental, seperti penilaian, abstraksi, penalaran, imajinasi, dan pemecahan masalah.
          Mayer (1988) mengatakan bahwa berfikir meliputi 3 komponen pokok, yaitu:
ü  Berfikir merupakan aktifitas kognitif.
ü  Berfikir merupakan proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan di dalam sistem kognitif.
ü  Berfikir diarahkan dan menghasilkan perbuatan pemecahan masalah.

B.     Adapun perbedaan berfikir dan pikiran

*      Berfikir: aktivitas jiwa (pikiran) untuk menentukan hubungan antara pengetahuan-   pengetahuan-pengetahuan atau masalah yang sedang dihadapi.
*      Pikiran: kemampuan jiwa untuk menentukan hubungan antara pengetahuan-pengetahuan atau sangkut paut masalah yang dihadapi.

C.    Langkah – Langkah Dalam Proses Berfikir

          Proses atau jalannya berfikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu:
1.      Pembentukan Pengertian
     Pengertian, atau lebih tepatnya disebut pengertian logis di bentuk melalui tiga tingkatan, yaitu:
a.       Menganalisis ciri-ciri dari sejumalah obyek yang sejenis. Obyek tersebut kita perhatikan unsur – unsurnya satu demi satu, maupun membentuk pengertian manusia.
b.      Membanding – bandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri – ciri mana yang sama, mana yang tidak sama, mana yang selalu ada dan mana yang tidak selalu ada mana yang hakiki dan mana yang tidak hakiki.
c.       Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang tidak hakiki, menangkap ciri-ciri yang hakiki. Pada contoh di atas ciri – ciri yang hakiki itu ialah: Makhluk hidup yang berbudi.
2.      Pembentukan Pendapat.
     Membentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat, yang terdiri dari pokok kalimat atau subyek dan sebutan atau predikat.
     Selanjutnya pendapat dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
·         Pendapat positif, yaitu pendapat yang menyatakan keadaan sesuatu, Misalnya Sitotok itu pandai, Si Ani Rajin dan sebagainya.
·         Pendapat Negatif, Yaitu Pendapat yang menidakkan, yang secara tegas menerangkan tentang tidak adanya seuatu sifat pada sesuatu hal : Misalnya Sitotok itu Bodoh Si Ani Malas dan sebagainya.
·         Pendapat Modalitas atau kebarangkalian, Yaitu Pendapat yang menerangkan kebarangkalian, kemungkinan – kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal; misalnya hari ini mungkin hujan, Si Ali Mungkin tidak Datang. Dan sebagainya.
3.      Penarikan Kesimpulan atau Pembentukan Keputusan
     Keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Ada 3 macam keputusan, Yaitu:
o   Keputusan induktif
Merupakan keputusan yang diambil dari pendapat – pendapat khusus menuju ke satu pendapat umum. Misalnya: Tembaga di panaskan akan memuai, Perak di panaskan akan memuai, Besi di panaskan akan memuai, Kuningan di panaskan akan memuai Jadi (kesimpulan). Bahwa semua logam kalau dipanaskan akan memuai (Umum).
o   Keputusan Deduktif
Merupakan keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus, Jadi berlawanan dengan keputusan induktif. Misalnya: Semua logam kalau dipanaskan memuai (umum), tembaga adalah logam. Jadi (kesimpulan): tembaga kalau dipanaskan memuai Contoh lain: Semua manusia terkena nasib mati, Si Karto adalah manusia Jadi pada suatu hari si Karto akan mati.
o   Keputusan Analogis
Merupakan Keputusan yang diperoleh dengan jalan membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada. Misalnya: Totok anak pandai, naik kelas (Khusus). Jadi (kesimpulan) Si Totok anak yang pandai itu, tentu naik kelas. [1]



D.    Proses Berfikir Kreatif

    Kreativitas dapat ditingkatkan dengan cara memahami bahwa proses kreatif terdiri dari empat tahap yang masing-masing membutuhkan kerja keras.
1)      Persiapan à proses mengumpulkan informasi, menganalisa dan mengeksplor solusi. Langkah ini mencakup persiapan akal untuk siap berfikir kreatif, Pelatihan formal, pelatihan saat kerja, pengalaman bekerja dan mengambil peluang belajar lainnya. Pelatihan ini memberikan dasar cara membangun kreatifitas dan inovasi.
2)      Inkubasi à Alam bawah sadar memerlukan waktu untuk merefleksi informasi yang dikumpulkan.
3)      Penerangan à inspirasi tidak datang saat seseorang sedang memikirkan suatu masalah, melainkan ketika dia berada dalam keadaan yang rileks. fase dalam proses kreatif ini terjadi selama fase inkubasi ketika terobosan spontan menyebabkan seorang tersebut mendapatkan suatu pencerahan.
4)      Verifikasi à Bagi wirausahawan, menguji ide memastikan akurasi dan manfaatnya, dijalankan dengan melakukan percobaan, menjalankan simulasi, menguji pemasaran produk atau jasa, menetapkan program pemandu dalam skala kecil, membuat prototype dan banyak kegiatan lainnya yang dirancang untuk memverifikasi bahwa ide baru tersebut bisa diterapkan dengan berhasil dan praktis. [2]

E.     Ciri-Ciri Berfikir Kreatif

    S.C. Utami Munandar mengemukakan ciri-ciri orang yang memiliki kemampuan berfikir kreatif yang tinggi yaitu:
·         Memiliki dorongan ingin tahu yang besar.
·         Sering mengajukan pertanyaan yang baik.
·         Sering banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah.
·         Bebas dalam menyatakan pendapat.
·         Menonjol dalam salah satu bidang seni.
·         Memiliki pendapat sendiri dan mampu mengutarakannya.
·         Tidak mudah terpengaruh orang lain.
·         Daya imajinasi kuat.
·         Memiliki tingkat orisionalitas yang tinggi.
·         Dapat bekerja sendiri.
·         Senang mencoba hal-hal yang baru.[3]

F.     Sesat Fikir

      Ketika kita coba bernalar atau barargumentasi, pikiran kita bisa sesat, atau bias salah. Kesesatan dalam penalaran bisa terjadi ketika kita melanggar prinsip-prinsip logis. Kesesatan adalah suatu penalaran yang salah, yang sepintas kilas kelihatan memiliki kebenaran. Kesesatan adalah suatu argument yang tidak logis, yang menyesatkan, yang memperdayakan.
      Suatu kesesatan yang dilakukan dengan maksud memperdayai orang lain disebut sofisme. Kaum yang disebut sofis terkenal sebagai tukang tipu. Mereka menipu untuk memperoleh keuntungan tertentu.
      Jika suatu kesesatan dipakai karena ketidaktahuan tentang peraturan-peraturan penalaran, hal itu disebut paralogisme. Seorang yang tidak cakap berfikir karena belum belajr logika, atau sudah belajar logika tetapi hanya asl-asalan, bisa salah dalam menarik kesimpulan.
      Sesat pikir juga terjadi karena bentuknya tidak tepat atau tidak sahih. Kesesatan demikan itu adalah kesesatan formal. Kesesatan formal terjadi karena pelanggaran terhadap kaidah-kaidah logika. Penalaran juga dapat sesat karena tidak ada hubungan logis antara premis dan konklusi. Kesesatan demikian itu adalah kesesatan relevansi mengenai materi penalaran. Tetapi banyak juga kesesatan terjadi karena sifat bahasa.

G.    Macam – Macam Sesat Fikir

1.      Kesesatan karena Bahasa
a.       Kesesatan karena aksen atau tekanan
Dalam ucapan tiap-tiap kata ada suku kata yang diberi tekanan. Perubahan tekanan dapat membawa perubahan arti. Maka kurang perhatian terhadap tekanan ucapan dapat mengakibatkan perbedaan arti dan kesesatan penalaran. Contoh: Tiap pagi pasukan mengadakan apel. Apel itu buah. Jadi tiap pagi pasukan mengadakan buah.
b.      Kesesatan karena term ekuivok
Term ekuivok itu ter yang mempunyai lebih dari satu arti. Kalau dalam satu penalaran terjadi pergantian arti dari sebuah term yang sama, terjadilah penyesatan penalaran. Contoh: Sifat abadi adalah sifat ilahi. Adam adalah maahasiswa abadi. Jadi Adam adalah mahasiswa yang bersifat ilahi.
c.       Kesesatan karena arti kiasan (methapora)
Kalau dalam suatu penalaran sebuah arti kiasan disamakan dengan arti sebenarnya atau sebaliknya, terjadilah kesesatan karena arti kiasan.
d.      Kesesatan karena amfibioli
Amfibioli terjadi karena konstruksi sebuah kaliat itu sedemikian rupa, sehingga artinya menjadi bercabang. Misalnya: Mahasiswa yang duduk du atas meja yang paling depan . . . . Apa yang paling depan, mahasiswa atau mejanya?
2.      Kesesatan karena Relevansi
a.       Argumentum ad homine
Kesesatan ini terjadi kalau kita berusaha agar orang menerima atau menolak sesuai usul, tidak berdasarkan alsan penalaran, akan tetapi karena alasan yang berhubungan dengan kepentingan atau keadaan orang yang mengusulkan atau yang diusuli.
b.      Argumentum ad verecundiam atau argumentum auctoritatis
Kesesatan ini juga menerima atau menolak sesuatu tidak berdasarkan nilai penalarannya, tetapi karena orang yang mengemukakannya adalah orang yang berwibawa, dapat dipercaya, seorang ahli. Sebenarnya nilai wibawa hanya setinggi nilai argumentasinya.
c.        Argumentum ad baculum
Kesesatan ini terjadi kalau penerimaan atau penolakan suatu penalaran didasarkan atas adanya ancaman hukuman.Teror pada hakikatnya adalah paksaan untuk menerima suatu gagasan atau penalaran karena ketakutan.
d.       Argumentum ad misericordiam
Penalaran yang ditujukan intuk menimbulkan bels kasihan agar dapat diterima disebut argumentum ad misericordiam. Argumen yang demikian ini biasanya berhubungan dengan usaha agar suatu perbuatan dimaafkan.
e.       Argumentum ad populum
Argumentum populum ditujukan kepada rakyat, kepada suatu masa, kepada pendengar orang banyak. Pembuktian sesuatu secara logis tidak dipentingkan. Yang diutamakan ialah menggugah perasaan massa pendengar, membangkitkan semangat atau membakar emosi pendengar agar menerima suatu konklusi terentu. Argumentum ad populum banyak dijumpai dalam kampanye politik, pidato, demonstrasi, dan propaganda.

f.       Kesesatan non causa pro causa
Kesesatan ini terjadi apabila kita menganggap sesuatu sebagai sebab, padahal sebenarnya bukan sebab, atau bukan sebab yang lengkap.

H.    Hasil Proses Berfikir

Menurut beberapa ahli psikologi, hasil proses berfikir sebagai berikut :
a.       Pengertian atau Konsep
Pengertian atau konsep adalah gambaran dan gerakan dari barang yang dapat dilihat oleh akal manusia. Tetapi, ada pula yang memberi batasan tentang pengertian sebagai berikut : Pengertian adalah hasil berfikir, yang merupakan rangkuman sifat-sifat pokok dari sesuatu yang dinyatakan dengan perkataan-perkataan dalam akal. Dalam bentuk pengertian ini, kerja akal atau berfikirnya adalah menentukan hubungan sangkut paut antara pengetahuan-pengetahuan tentang sifat-sifat pokok sesuatu.
b.      Pendapat atau Keputusan
Mempunyai maksud bahwa pengertian tentang sesuatu bila dihubungkan dengan pengertian sesuatu yang lain akan membentuk suatu pendapat atau keputusan.
c.       Kesimpulan atau Pemikiran
Pemikiran adalah hasil berfikir yang menghubungkan pendapat satu dengan pendapat yang lain untuk mendapatkan pendapat baru.

I.       Bentuk-Bentuk Berfikir

a.       Berfikir secara Pengalaman (Rautine Thinking)
Berfikir tentang sesuatu yang dihadapi dengan mengakumulasikan berbagai pengalaman untuk mendapatkan pengalaman yang cocok sesuai dengan masalah yang dihadapi.
b.      Berfikir secara Ingatan (Representative Thinking)
Berfikir tentang sesuatu yang dihadapi dengan mengingat-ingat tanggapan-tanggapan   yang tersimpan dalam jiwanya.
c.       Berfikir Reproduktif
Berfikir tentang sesuatu yang dihadapi dengan mengulang kembali dan mencocokan pada sesuatu hasil pemikiran sebelumnya (baik hasil pemikiran diri sendiri maupun orang lain).
d.       Berfikir Kreatif
Berfikir tentang sesuatu yang dihadapi dengan mengadakan penyelidikan untuk mengetahui aspek-aspek atau faktor-faktor yang terkandung didalamnya dan mengumpulkan bahan-bahan pengetahuan yang lain yang berhubungan dengan aspek-aspek tersebut, kemudian mengolahnya sehingga tercipta hasil penemuan baru.
e.       Berfikir Rationil atau Logis
Berfikir tentang sesuatu yang dihadapi dengan menghubungkan pengertian satu dengan pengertian yang lain untuk mendapatkan pemgertian baru.
Dari kelima bentuk berfikir ini, yang tampak besar peranannya dalam memberikan ciri khusus bagi manusia adalah berfikir kreatif dan berfikir rationil.

J.      Aspek-Aspek Peranan Berfikir dalam Kehidupan Manusia

a.       Aspek Ekonomis
Dengan kemampuan akal pikirannya, manusia merubah bahan-bahan makanan yang berasal dari alam (beras, gandum, jagung, dsb) menjadi bentuk-bentuk makanan yang sesuai seleranya. Demikian juga terhadap kebutuhan-kebutuhan lainnya, dengan kemampuan akal pikiran, manusia mengubah barang-barang menjadi sesuatu yang berguna dan sesuai dengan kebutuhan hidupnya.

b.      Aspek Kulturil (Kebudayaan)
Dari hasil berfikir manusia, diciptakanlah segala sesuatu yang dapat memudahkan kehidupannya, baik yang bersifat jasmaniah maupun rokhaniah. Kalau ditinjau dari kebudayaan materiil atau jasmaniah, misalnya : rumah, kendaraan, ataupun persenjataan. Sedangkan ditinjau dari kebudayaan rokhaniah, misalnya : ilmu pengetahuan, bahasa, maupun kepercayaan dari adat istiadat. Hal itu semua, bukan semata-mata karena akal saja tetapi juga aspek-aspek kejiwaan yang lain seperti karsa dan rasa berperan pula, namun demikian peranan berfikir tak dapat diabaikan dalam terwujudnya suatu kebudayaan.
c.       Aspek Peradaban
Manusia dalam hidupnya selain memiliki kebutuhan ekonomi, juga membutuhkan ketenangan dan kebahagiaan dalam pergaulan hidupnya. Sehingga, diperlukan suatu tata masyarakat yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku manusia yaitu tata peradaban. Adapun seperti kesopanan, kesusilaan, undang-undang, dan agama.

K.    Faedah dan Bahaya Berfikir

Fungsi akal antara lain terletak dalam bidang:
ü  Pengumpulan atau Penciptaan Ilmu Pengetahuan.
ü  Pemecahan Persoalan-Persoalan.
ü  Penemuan Cara-Cara yang Efisien.
Ditinjau dari segi faedahnya antara lain:
·         Berfikir terciptalah ilmu-ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
·         Berfikir memberikan petunjuk untuk mencari jalan yang benar dan baik.
·         Berfikir dapat memberikan penyelesaian dalam usaha memecahkan persoalan hidup.
Adapun bahayanya antara lain:
Ø  Karena berfikir ditemukan jalan kearah perbuatan yang sesat
Ø  Dengan berfikir dibuatlah alasan-alasan untuk membenarkan perbuatan yang sesat
Ø  Dengan berfikir dapat menimbulkan rasa bahwa akal itu dapat mengetahui segala-galanya.
Menyadari ada segi negatif dari berfikir dan berfilsafat maka usaha untuk menghindari hal itu adalah dengan menggunakan disiplin berfikir dalam dirinya. Dengan itu, seorang individu dapat menyaring atau menentukan mana yang benar dan mana yang salah.[4]



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berpikir adalah serangkaian, gagasan, idea atau konsepsi-konsepsi yang diarahkan kepada suatu pemecahan masalah, Berfikir kreatif adalah cara-cara baru yang non konvensionil untuk menemukan dan menggali ide baru yang berguna. Makalah ini memberikan penjelasan dan pedoman singkat mengenai cara berfikir tersebut, berserta contoh-contoh yang menarik dari kehidupan yang nyata.
Berfikir Kreatif bukanlah suatu yang baru. Ahli-ahli fikir kreatif telah ada ribuan tahun yang lalu, mungkin jauh sebelum menusia menemukan api dan roda. Para ahli fikir tersebut memberdayakan akal pikirannya dan kemampuan kreatifitasnya untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Maka dari itu bukan tidak mungkin bagi kita untuk memaksimalkan kemampuan kreatifitas kita sehingga menghasilkan prestasi.
Ciri-ciri berfikir kreatif di antaranya Memiliki dorongan ingin tahu yang besar, sering mengajukan pertanyaan yang baik, sering banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah, memiliki pendapat sendiri dan mampu mengutarakannya, tidak mudah terpengaruh orang lain, dan banyak pula faedah dari berfikir yang akan kita dapatkan.

B.     Kritik dan Saran
Demikianlah serangkaian bentuk makalah yang kami buat, saya menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan, baik itu dari segi penulisan, gaya bahasa yang ditampilkan atau sistematika pengambilan referensi. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Seperti pepatah "Tak ada gading yang tak retak". Untuk itu kami meminta kritik yang bersifat membangun, dan saran guna untuk memperbaiki serta mengevaluasi makalah ini. Semoga makalah ini bisa mendatangkan kemanfaatan bagi penulis khususnya, serta pembaca pada umumnya. Amin


















DAFTAR PUSTAKA

Arisanto, Novita dkk. 2013. Berfikir Kreatif, http://ymayowan.lecture.ub.ac.id/files/2012/09/BERPIKIR-KREATIF.pdf, diakses 10 Oktober 2016)
Mukafi, Titin Islakhiyah. 2013. Proses Berfikir Dan Pemecahan Masalah, https://kakafipein.wordpress.com/2013/04/16/proses-berfikir-dan-pemecahan-masalah/, (diakses pada 10 oktober 2016)
Munasti, Teuku Habibi. 2013. Makalah Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif, http://seulanga23.blogspot.co.id/2013/12/makalah-berpikir-kritis-dan-berpikir.html, (diakses 10 Oktober 2016)
Nurasih, Wiwit. 2013. Filsafat Sebagai Metode Berfikir, http://wiwitna.blogspot.co.id/2013/03/filsafat-sebagai-metode-berfikir.html, (diakses 10 Oktober 2016).



[1]Mukafi, Titin Islakhiyah. 2013. Proses Berfikir Dan Pemecahan Masalah, https://kakafipein.wordpress.com/2013/04/16/proses-berfikir-dan-pemecahan-masalah/
[2] Arisanto, Novita dkk. 2013. Berfikir Kreatif, http://ymayowan.lecture.ub.ac.id/files/2012/09/BERPIKIR-KREATIF.pdf
[3] Munasti, Teuku Habibi. 2013. Makalah Berpikir Kritis Dan Berpikir Kreatif, http://seulanga23.blogspot.co.id/2013/12/makalah-berpikir-kritis-dan-berpikir.html,
[4] Nurasih, Wiwit. 2013. Filsafat Sebagai Metode Berfikir, http://wiwitna.blogspot.co.id/2013/03/filsafat-sebagai-metode-berfikir.html,

0 Response to "CARA BERFIKIR DALAM ILMU FILSAFAT"

Post a Comment

berkomentarlah dengan baik dan bersifat membangun, agar kami bisa memperbaiki dan berguna bagikita semua, terimakasih,,,salam anak ekonomi